15/03/10

WANITA, SYAHWAT, DAN RIYA

Hari yang amat panas, sewaktu ku berjalan pulang dari suatu rumah… muncul di benakku pertanyaan: “Apakah cinta kepada seseorang bisa menginduksi kita untuk cinta kepada Allah?” Entahlah tiba-tiba saja terpikir pertanyaan seperti itu. Karena apa? Mungkin karena induksi masa lalu dari kehidupanku.

Sudahlah, kita fokuskan saja ke pertanyaan itu, “apakah cinta kepada seseorang bisa mempengaruhi kita untuk cinta kepada Allah?”. Jawabanya mungkin bisa! Bisa jika kita mengambil sisi bahwa seseorang yang kita cintai itu adalah rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, para sahabatnya ridwanullah ‘alaihim ajma’in, serta ulama dan orang-orang dari kalangan shalihin, As Syuhada.

Lalu bilamanakah timbul di benak kita pertanyaan: “Apakah cinta kepada seorang wanita (ajnabiyah) bisa mendorong kita untuk cinta kepada Allah?“

Teringat dengan suatu kisah masa lalu, dimana ada seorang teman yang bercerita bahwa ia suatu ketika bertambah semangatnya dalam ibadah, baik shalat wajib, shalat malam, berdzikir, tilawah Al Qur’an, dll. Titik??? Tidak, ia menuturkan bahwa ia mulai bersemangat ibadah semenjak ia mengenal seorang akhwat.

Salahkah ikhwan tersebut? Tunggu dulu, kita tidak berhak menghukuminya benar ataupun salah tanpa kita tahu hakikat cintanya kepada sang akhwat.

Kisah yang lain, bahwa seorang akhwat pernah menceritakan perjalanan ta’arufnya bersama seorang ikhwan. Akhwat tersebut menuturkan bahwa ikhwan (yang mengajak ta’aruf) tersebut sering membangunkannya tiap malam untuk mengajak shalat malam bareng. Bukan.., bukan berjama’ah. Maksudnya adalah shalat malam di rumah masing-masing.

Kisah yang lain pula, bahwa ada seorang ikhwan yang mengajak seorang akhwat untuk melaksanakan shaum senin-kamis. Dan sering kita dapati teman-teman ikhwan kita acapkali mengirimkan tausiyah-tausiyah via sms kepada seorang akhwat.

Terkesan dan secara dzahir perbuatan-perbuatan tersebut baik. Namun tidakkah kita sadari wahai saudarakku, apakah saat kita melakukan perbuatan-perbuatan tersebut itu didasari atas niat yang ikhlas hanya karena Allah???

Sering terpikir dalam benak ini, alangkah piciknya mereka (atau bahkan diri ini yang pernah melakukannya.. Allahul musta’an). Hanya karena ingin dianggap ‘alim-kah kita melakukannya? Atau hanya karena kita ingin membuat sang akhwat terpesona dengan semangat ibadah kita?

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa memperdengarkan kebaikannya, Allah akan memperdengarkan keburukannya (di dunia dan akhirat) dan barangsiapa yang memamerkan amalannya, Allah akan memamerkan keburukannya (di dunia dan akhirat).” [HR. Al-Imam Al-Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 2986, 2987 dari Jundub bin Abdullah radhiallahu 'anhu]

Sadarilah wahai saudaraku, bahwa rasa cinta kita kepada seorang akhwat itu bisa menimbulkan fitnah yang dapat menjerumuskan kita kepada murka Allah Azza Wa Jalla.

Ibnul Qayyim -rahimahullah- berkata: “Adapun kesyirikan di dalam keinginan dan niat, bagaikan laut yang tidak bertepi. Sedikit orang yang selamat darinya. Barangsiapa yang beramal namun menginginkan selain wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala, meniatkan sesuatu yang bukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bukan karena meminta ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sungguh dia telah melakukan kesyirikan di dalam keinginan dan niatan.

Ikhlas adalah seseorang memurnikan ucapan dan perbuatannya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, keinginan serta niatnya. Inilah agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan seluruh hamba dengannya, dan tidak akan diterima dari siapapun selain agama ini. Dan ini merupakan hakikat Islam, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.”
Inilah agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Barangsiapa membencinya, sungguh dia termasuk orang-orang yang paling bodoh.” (Al-Jawabul Kafi hal. 115, lihat ‘Aqidah At-Tauhid hal. 98)

Perlu kita renungkan lagi, benarkah kita mencintai akhwat itu, ataukah hanya syahwat yang melanda diri-diri kita? Tanyalah hati kita masing-masing. Hanya kepada Allah lah kita meminta petunjuk dan pertolongan.

Di ambil di SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar